Oleh: Edwinnata Bustami
Apakah
kamu tahu kalau di dunia ini ada kereta yang melaju tanpa menyentuh bumi? Yup! Kereta itu adalah
Shinkansen. Shinkansen atau yang juga dikenal sebagai kereta peluru adalah
kereta tercepat yang pernah ditemukan oleh Jepang beberapa tahun silam. Dengan
memanfaatkan gaya magnet, kereta ini melaju tanpa menyentuh rel alias
mengambang di udara karena terjadi gaya tolak menolak antara kereta dan rel. Hal ini-lah yang membuat
Shinkansen bisa melaju dengan kecepatan maksimal mencapai 300km/jam. Dengan
Shinkansen, jarak Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu tak lebih dari 4
jam. Meski begitu cepat, minimnya gesekanyang
terjadi membuat siapapun yang berada di dalamnya akan
tetap merasa nyaman tanpa ada goncangan atau pun suara gesekan mesin yang
biasanya terjadi pada kereta commuter
line di Jabodetabek.
Sejak
pertama kali melihat berita Shinkasen di TV, sebagai pencinta sains dan
teknologi, saya terkagum-kagum dan penasaran. Saya benar-benar penasaran. “Hebat betul orang Jepang
ini bikin teknologi kereta mengambang di udara seperti ini. Kira-kira bagaimana ya rasanya berada
di kereta dengan kecepatan 300km/jam?”,
begitu fikiran saya kala itu.
Dalam
hidup yang singkat dan tak tahu akan berakhir kapan, saya sering termotivasi
dengan penemuan-penemuan sains dan teknologi. Tuhan,melalui tangan-tangan ilmuan di Jepang, telah menciptakan
sesuatu yang sekeren Shinkansen. Sayang sekali bila kita tidak menjadi bagian dari ciptaanNya itu.
Jika kita tidak bisa menjadi bagian dari ilmuan yang menemukan Shinnkansen,
maka kita masih bisa menjadi bagian dalam bentuk lain, yakni pengguna penemuan
itu. Saya ingin naik Shinkansen!
Mungkin
saya tak sekreatif para ilmuan yang menemukan inovasi Shinkansen, tapi penemuan
tersebut harus memaksa saya menjadi kreatif. Impian untuk naik Shinkansen, membuat
saya kreatif untuk berusaha mewujudkannya. Tak butuh waktu terlalu lama,
kira-kira 3 tahun setelah saya pertama kali mendengar berita Shinkansen itu,
impian saya sudah sangat dekat dengan kenyataan. Saat itu, saya sedikit tidak percaya jika saya sedang berada di
Stasiun Tokyo, stasiun terbesar dan tersibuk di Jepang. Sementara itu, di depan saya terdapt lintasan
Shinkansen yang melayani rute ke beberapa kota di Pulau Honsu.
Beberapa
Shinkansen dengan bentuk dan kombinasi cat yang keren sudah berjejer menunggu penumpang masuk. Saya tiba-tiba juga merasa keren sebagai anak
kampung yang
akan menaiki salah satu dari Shinkansen itu. Lebih keren lagi, saat itu saya tidak
berpergian sendiri melainkan bersama 28 pemuda pilihan dari Jepang dan negara
anggota ASEAN.
Tiga
puluh pemuda ini tergabung dalam satu kelompok Solidarity Grup atau SG. Selain
kami, masih ada 9 SG lainnya yang kira-kira melakukan hal yang sama, berkumpul
menunggu keberangkatan ke salah satu Perfecture di Jepang. Masing-masing SG
dinamai dengan alfabets dari A sampai K, dan SG kami adalah SG J. SG J akan
bertolak ke Perfecture Kobe untuk mengikuti agenda Country Program di Jepang. Di sana kami
akan tinggal selama 5 hari. Melengkapi kekerenan ini, kami yang dikelompokan
ke dalam 11 SG ini adalah Young Ambassador of Good Will dalam The 38th Ship for
Southeast Asian Youth Program (SSEAYP). Kami adalah Duta Muda pembawa misi
persahabatan antara Jepang dan negara anggota ASEAN.
“PY’s,
please
proceed to train!” seorang admin memberi pengumuman. Admin adalah sebutan untuk
panitia yang ditunjuk Pemerintah Jepang sebagai penyelenggara SSEAYP. Jumlahnya
kira-kira 35 orang. Oleh para Admin ini, para peserta SSEAYP dinamai
Participating Youth atau disingkat PYs.
“Ini
toh yang namanya Shinkansen, apik tenan rek!” Amel dengan medok Jawa Timurnya terkagum-kagum ketika
menginjakkan langkah pertamanya di dalam kabin.
“Dwin,
Dwin, duduk di sini aja, biar nanti bisa ngeliat Gunung Fuji” Dara meraih
tangan kanan saya.
Kerennya lagi, tempat duduk
dalam Shinkansen ini bisa diatur berhadap-hadapan antara dua row kursi. Satu row bisa diisi tiga orang. Di sebelah saya ada Dara yang duduk di
sisi jendela, berhadapan dengan Amel. Saya dan dua gadis cantik itu sama-sama
tergabung dalam Kontingen Indonesia. Di jajaran kursi kami juga duduk seorang
Japan PYs bernama Sakura, Singapore PYs bernama Ant dan Vietnam PYs bernama
Cherry. Detik-detik awal perjalanan menuju Kobe dengan Shinkansen pun dimulai.
(to
be continued)
*Penulis adalah delegasi SSEAYP 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar