Primalita "Ayim" kembali mengirimkan cerita tentang hari-hari selama programnya di Kanada, so, are you waiting for something??? Let's check this one out, PCMI Babel fellas ^_^
A Great Counterpart: What a bless!!!
Saya
sangat beruntung sekali mendapatkan seorang counterpart yang baik hati, manis,
cantik, pintar, dan tentu saja... setipe! Namanya Chelsea Connell. Gadis
berusia 19 tahun yang berasal dari Prince Edward Island ini tinggal di
Charlottetown. Saya masih ingat pertama kali bertemu dengannya. Di Cowichan
Lake Training Camp, saya yang saat itu bersama delegasi lainnya baru saja
sampai.
Saat itu sudah cukup larut dan saya membawa
barang-barang saya yang banyak dan tentu saja berat ke camp. Cukup kebingungan karena
saya tidak tahu harus tidur di kamar yang mana. Lalu saya pun memilih sebuah kamar yang berada tidak jauh dari pintu masuk. Bersama Rahmi, delegasi Sulawesi Tengah, kami
memutuskan untuk tidur di kamar itu.
Adalah seorang gadis berambut merah
bernama Audrey, yang berasal dari Quebec, yang membuat saya tertegun karena gayanya yang unik. Lalu, seorang gadis cantik berambut cokelat keemasan yang
tampak kalem dan tenang. Kami berkenalan, dan dia bernama Chelsea. Saya memutuskan
untuk tidur di kasur di bawah kasurnya. Ya, tempat tidur bertingkat kami ini segera mengingatkan saya pada jaman berada di asrama di SMA saya dulu. Berbeda dengan Audrey, Chelsea tidak terlalu
banyak berbicara. Audrey banyak bertanya berbagai hal dan sangat tampaknya kagum dengan banyak
hal. Maka, malam itu saya lalui dengan perasaan senang dan lelah, tentu saja.
Suatu
malam, saya tertidur setelah makan malam karena masih jetlag. Padahal, malam
itu semua partisipan menuju ke Danau Cowichan untuk membuat api unggun,
bernyanyi, dan juga membakar marshmallow. Saya cukup panik karena camp sangat
sepi. Namun, ketika melihat ke atas, saya menemukan Chelsea! Saya mengajaknya
untuk menemani saya pergi ke tempat yang lainnya berada. Syukurlah, dia bersedia menemani karena suasana benar-benar sepi dan gelap. Apalagi, jalan menuju ke
danau tidak ada cahaya sama sekali dan penuh dengan pepohonan. Cahaya bulan
purnama menjadi satu-satunya alat penerangan kami. Saya yang berkacamata minus
5 ini agak kesulitan untuk melihat di tempat gelap. Secara refleks saya
memegang tangannya dan dia tidak keberatan! Kami berjalan berdua,
bercengkarama, dan akhirnya menemukan partisipan lainnya. Malam itu saya
menyadari bahwa gadis ini benar-benar baik hati.
Ketika
pengumuman counterpart, saya tidak bisa berbohong bahwa saya benar-benar
khawatir dan juga penasaran, bercampur jadi satu! Mau tidak mau, counterpart
adalah yang seseorang yang menjadi pasangan sehidup semati selama 6 bulan ke
depan! Bahkan, hubungan itu bisa saja terus berlanjut di masa yang akan datang.
Counterpart adalah teman untuk berbagi, berkisah, dan saling menyemangati.
Ketika kami harus mencari potongan puzzle yang tertulis nama kami dan
counterpart, saya pun bertemu dengan dia, Chelsea! Saya merasa sangat terharu
dan mata saya berkaca-kaca. Saya agak takut mendapatkan counterpart yang belum
saya kenal karena saya merasa khawatir tidak bisa cocok dengannya nanti.
Syukurlah, Chelsea bersama dengan saya sekarang.
Chelsea
benar-benar gadis yang baik hati, dewasa di usianya yang masih belia,
ekspresif, dan tentu saja punya passion yang membuat saya kagum dengannya. Dia
sangat suka berolahraga terutama lari. Dia adalah seorang pemain Ringette di
kampusnya dulu, UPEI! Beberapa waktu lalu, saya mencoba bermain skating untuk
pertama kalinya dan dia mengajari saya dengan sabar. Dia terus memuji saya yang
mulai bisa berjalan dia atas ring es walau dengan bantuan.
“ You
are doing good!! I’m proud counterpart!” ucapnya dengan mata berbinar-binar. Ah..
saya jadi teraru, lagi.
Selain
itu, Chelsea sangat tertarik dengan kriminologi. Tahun depan dia berencana
pindah ke Ottawa dan kuliah di jurusan kriminologi. Suatu hari ketika pulang dari
workplacement, dia membawa buku Crimonology in Canada dan membacanya dengan
semangat. Dia juga mengajak diskusi dan bertanya mengenai kaitan psikologi
dalam dunia kriminalitas. Malam-malam sebelumnya pun kadang kami habiskan
dengan berbagi pikiran mengenai passion, cita-cita, kehidupan kami, keluarga,
dan kadang gosip-gosip hehe. Beberapa kalimat bahasa Indonesia favoritnya
adalah: “ Dimana makanannya?”, “ Kamu makan kucing”, “ Kamu makan batu-batuan”.... ^_^
Karena sosok inilah, jika berbicara tentang counterpart, tentu saja saya sangat bersyukur dan berterima kasih mendapatkan Counterpart seperti
Chelsea Connell. Sungguh, saya benar-benar beruntung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar