Jumat, 16 Januari 2015

A story from SSEAYP program

Dear, great friends
So far we've heard no story from a young doctor, Yudi Pranata, the IPY of SSEAYP 2014, haven't we? So that's why, we happily share you a story from Yudi about one of his unforgettable moments during his program. Happy reading, guys. ^_^

A lesson from Tanita. 
Ketika mendengar kata Jepang, mungkin yang terlintas dipikiran kita adalah industri automobile, advanced technology, Shinkanzen, kimono, bahkan Sushi. Tidak salah memang.Namun ada banyak hal berbeda yang saya temukan tentang Jepang ketika mengikuti SSEAYP 2014. Program ini memperkaya pandangan saya tentang Jepang, sesuatu yang tidak saya dapatkan melalui televisi dan media lainnya.

Tergabung dalam Grup Diskusi 4 tentang Food and Nutrition Education memberikan saya dan 35 peserta (Participating Youth) lainnya kesempatan berkunjung ke Tanita Research Corp. Berbeda dengan grup diskusi lainnya, hampir seluruh PY dalam grup diskusi kami telah mengetahui tentang Tanita Research, baik itu latar belakang ataupun jenis usaha yang dilakukan. Hal ini dikarenakan pada saat welcoming ceremony di New Otani Hotel, tim Tanita Research adalah satu-satunya tim yang langsung bertatap muka dan bertukar kartu nama dengan para PY grup diskusi 4 ini. 


Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit dengan bus dari pusat kota Tokyo, kami akhirnya sampai di Tanita Research Corp. Keberadaan gedung kantor yang tidak terlalu luas berkonsep minimalis sempat menimbulkan keraguan di antara beberapa PY karena Tanita Research Corp. yang kami bayangkan sebelumnya berbeda dengan apa yang kami temui. Sampai di halaman kantor, kami langsung diarahkan menuju meeting room dan disambut langsung oleh direktur Tanita Research. Beliau menjelaskan bahwa Tanita Research Corp. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan alat-alat kesehatan serta penelitian terkait nutrisi. 
Alat-alat kesehatan yang berhasil mereka kembangkan saat ini adalah calori meter, alat-alat diagnosis melalui kelenjar saliva (ludah), body measurement bahkan alat pengukur kualitas tidur. Untuk nutrisi, Tanita Research mengembangkan produk pangan yang rendah kalori dan tinggi serat. Setelag selesai mendengarkan sambutan dari direktur, kami mendapat paparan tentang komponen-komponen nutrisi dan manfaatnya bagi tubuh dari seorang nurtrisionis, Takeniko Ozawa.
Untuk produk yang mereka hasilkan, Tanita Research sangat menekankan pada sisi inovasi dan presisi kalibrasi alat. Contohnya, untuk alat timbang badan (bodyweight scale) Tanita mengembangkan alat yang tidak dipengaruhi oleh gravitasi. Sehingga, pengukuran di belahan bumi manapun akan memberikan hasil yang sama. Hebatnya lagi, teknologi Tanita saat ini populer di kalangan industri besar yang membutuhkan alat kaliberasi dengan ber-presisi tinggi.
Setelah itu, kami berkesempatan untuk melakukan body measurement dengan alat yang dikembangkan oleh Tanita Research. Alat ini sangat canggih dan luar biasa. Dengan hanya berdiri dan memasukan data berupa umur serta jenis kelamin, seluruh komponen tubuh seperti persentase lemak, persentase cairan tubuh, massa otot, tulang dan keseimbangan sturuktur otot pada tubuh langsung dapat diketahui seketika. Sementara hasilnya dicetak dalam selembar diagram yang sangat mudah dibaca dan dipahami.
Selain itu, Tanita telah memberikan kontribusi yang besar di negaranya teutama melalui program-program semisal CSR. Diantaranya adalah, peran Tanita Research Corp. sebagai penanggung jawab untuk tim nasional sepakbola Jepang pada piala dunia 2002 lalu dalam hal nutrisi dan seleksi pemain. Karena itu, tidak heran apabila salah satu koleksi di museum Tanita Research adalah seragam timnas yang dibubuhi tanda tangan para pemain terkenal Jepang seperti Hidetoshi Nakata, Shinji Kagawa, Nagatomo dan Keisuke Honda. Nama-nama tersebut juga melakukan body measurement seperti yang kami lakukan pada hari itu. Bangga rasanya ketika kami mengetahui bahwa para PY dari Indonesia adalah PY dengan hasil athletic score dan body measurement terbaik di antara PY lainnya, bahkan ada yang menyamai score salah satu pemain sepakbola Jepang tersebut. Cihuy!

Hal terakhir yang kami lakukan di Tanita adalah mengunjungi cafetaria Tanita Research dan mencoba menu makan siang yang rendah kalori (350 kalori) dan rendah garam. Chef yang bertugas adalah seorang penulis buku-buku masakan terkenal di Jepang, sehingga tidak heran jika beliau dapat bekerja di dapur tersebut. Maka, jangan pernah membayangkan cita rasa makanan tersebut sama dengan makanan cepat saji yang tinggi lemak dan garam yang seringkali kuta temui bahkan konsumsi. Selesai makan, kami pun kembali ke hotel dengan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar