Senin, 03 Maret 2014

Shinkansen, Sang Kereta Peluru (Part 1)



Oleh: Edwinnata Bustami

Apakah kamu tahu kalau di dunia ini ada kereta yang melaju tanpa menyentuh bumi? Yup! Kereta itu adalah Shinkansen. Shinkansen atau yang juga dikenal sebagai kereta peluru adalah kereta tercepat yang pernah ditemukan oleh Jepang beberapa tahun silam. Dengan memanfaatkan gaya magnet, kereta ini melaju tanpa menyentuh rel alias mengambang di udara karena terjadi gaya tolak menolak antara kereta dan rel. Hal ini-lah yang membuat Shinkansen bisa melaju dengan kecepatan maksimal mencapai 300km/jam. Dengan Shinkansen, jarak Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu tak lebih dari 4 jam. Meski begitu cepat, minimnya gesekanyang terjadi membuat siapapun yang berada di dalamnya akan tetap merasa nyaman tanpa ada goncangan atau pun suara gesekan mesin yang biasanya terjadi pada kereta commuter line di Jabodetabek.

Sejak pertama kali melihat berita Shinkasen di TV, sebagai pencinta sains dan teknologi, saya terkagum-kagum dan penasaran. Saya benar-benar penasaran. Hebat betul orang Jepang ini bikin teknologi kereta mengambang di udara seperti ini. Kira-kira bagaimana ya rasanya berada di kereta dengan kecepatan 300km/jam?”, begitu fikiran saya kala itu.
Dalam hidup yang singkat dan tak tahu akan berakhir kapan, saya sering termotivasi dengan penemuan-penemuan sains dan teknologi.  Tuhan,melalui tangan-tangan ilmuan di Jepang, telah menciptakan sesuatu yang sekeren Shinkansen. Sayang sekali bila kita tidak menjadi bagian dari ciptaanNya itu. Jika kita tidak bisa menjadi bagian dari ilmuan yang menemukan Shinnkansen, maka kita masih bisa menjadi bagian dalam bentuk lain, yakni pengguna penemuan itu. Saya ingin naik Shinkansen!
Mungkin saya tak sekreatif para ilmuan yang menemukan inovasi Shinkansen, tapi penemuan tersebut harus memaksa saya menjadi kreatif. Impian untuk naik Shinkansen, membuat saya kreatif untuk berusaha mewujudkannya. Tak butuh waktu terlalu lama, kira-kira 3 tahun setelah saya pertama kali mendengar berita Shinkansen itu, impian saya sudah sangat dekat dengan kenyataan. Saat itu, saya sedikit tidak percaya jika saya sedang berada di Stasiun Tokyo, stasiun terbesar dan tersibuk di Jepang. Sementara itu, di depan saya terdapt lintasan Shinkansen yang melayani rute ke beberapa kota di Pulau Honsu.
Beberapa Shinkansen dengan bentuk dan kombinasi cat yang keren sudah berjejer menunggu penumpang masuk.  Saya tiba-tiba juga merasa keren sebagai anak kampung yang akan menaiki salah satu dari Shinkansen itu. Lebih keren lagi, saat itu saya tidak berpergian sendiri melainkan bersama 28 pemuda pilihan dari Jepang dan negara anggota ASEAN.
Tiga puluh pemuda ini tergabung dalam satu kelompok Solidarity Grup atau SG. Selain kami, masih ada 9 SG lainnya yang kira-kira melakukan hal yang sama, berkumpul menunggu keberangkatan ke salah satu Perfecture di Jepang. Masing-masing SG dinamai dengan alfabets dari A sampai K, dan SG kami adalah SG J. SG J akan bertolak ke Perfecture Kobe untuk mengikuti agenda Country Program di Jepang. Di sana kami akan tinggal selama 5 hari. Melengkapi kekerenan ini, kami yang dikelompokan ke dalam 11 SG ini adalah Young Ambassador of Good Will dalam The 38th Ship for Southeast Asian Youth Program (SSEAYP). Kami adalah Duta Muda pembawa misi persahabatan antara Jepang dan negara anggota ASEAN.
“PY’s, please proceed to train!” seorang admin memberi pengumuman. Admin adalah sebutan untuk panitia yang ditunjuk Pemerintah Jepang sebagai penyelenggara SSEAYP. Jumlahnya kira-kira 35  orang. Oleh para Admin ini, para peserta SSEAYP dinamai Participating Youth atau disingkat PYs.
“Ini toh yang namanya Shinkansen, apik tenan rek!” Amel dengan medok Jawa Timurnya terkagum-kagum ketika menginjakkan langkah pertamanya di dalam kabin.
“Dwin, Dwin, duduk di sini aja, biar nanti bisa ngeliat Gunung Fuji” Dara meraih tangan kanan saya.
Kerennya lagi, tempat duduk dalam Shinkansen ini bisa diatur berhadap-hadapan antara dua row kursi. Satu row bisa diisi tiga orang. Di sebelah saya ada Dara yang duduk di sisi jendela, berhadapan dengan Amel. Saya dan dua gadis cantik itu sama-sama tergabung dalam Kontingen Indonesia. Di jajaran kursi kami juga duduk seorang Japan PYs bernama Sakura, Singapore PYs bernama Ant dan Vietnam PYs bernama Cherry. Detik-detik awal perjalanan menuju Kobe dengan Shinkansen pun dimulai.
(to be continued)

*Penulis adalah delegasi SSEAYP 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar