Kamis, 11 Desember 2014

Cerita dari Kanada (part 2)

Yay!!!
Primalita "Ayim" kembali mengirimkan cerita tentang hari-hari selama programnya di Kanada, so, are you waiting for something??? Let's check this one out, PCMI Babel fellas ^_^

A Great Counterpart: What a bless!!!


Saya sangat beruntung sekali mendapatkan seorang counterpart yang baik hati, manis, cantik, pintar, dan tentu saja... setipe! Namanya Chelsea Connell. Gadis berusia 19 tahun yang berasal dari Prince Edward Island ini tinggal di Charlottetown. Saya masih ingat pertama kali bertemu dengannya. Di Cowichan Lake Training Camp, saya yang saat itu bersama delegasi lainnya baru saja sampai.
 Saat itu sudah cukup larut dan saya membawa barang-barang saya yang banyak dan tentu saja berat ke camp. Cukup kebingungan karena saya tidak tahu harus tidur di kamar yang mana. Lalu saya pun memilih sebuah kamar yang berada tidak jauh dari pintu masuk. Bersama Rahmi, delegasi Sulawesi Tengah, kami memutuskan untuk tidur di kamar itu. 

Adalah seorang gadis berambut merah bernama Audrey, yang berasal dari Quebec, yang membuat saya tertegun karena gayanya yang unik. Lalu, seorang gadis cantik berambut cokelat keemasan yang tampak kalem dan tenang. Kami berkenalan, dan dia bernama Chelsea. Saya memutuskan untuk tidur di kasur di bawah kasurnya. Ya, tempat tidur bertingkat kami ini segera mengingatkan saya pada jaman berada di asrama di SMA saya dulu. Berbeda dengan Audrey, Chelsea tidak terlalu banyak berbicara. Audrey banyak bertanya berbagai hal dan sangat tampaknya kagum dengan banyak hal. Maka, malam itu saya lalui dengan perasaan senang dan lelah, tentu saja.

Suatu malam, saya tertidur setelah makan malam karena masih jetlag. Padahal, malam itu semua partisipan menuju ke Danau Cowichan untuk membuat api unggun, bernyanyi, dan juga membakar marshmallow. Saya cukup panik karena camp sangat sepi. Namun, ketika melihat ke atas, saya menemukan Chelsea! Saya mengajaknya untuk menemani saya pergi ke tempat yang lainnya berada. Syukurlah, dia bersedia menemani karena suasana benar-benar sepi dan gelap. Apalagi, jalan menuju ke danau tidak ada cahaya sama sekali dan penuh dengan pepohonan. Cahaya bulan purnama menjadi satu-satunya alat penerangan kami. Saya yang berkacamata minus 5 ini agak kesulitan untuk melihat di tempat gelap. Secara refleks saya memegang tangannya dan dia tidak keberatan! Kami berjalan berdua, bercengkarama, dan akhirnya menemukan partisipan lainnya. Malam itu saya menyadari bahwa gadis ini benar-benar baik hati.

Ketika pengumuman counterpart, saya tidak bisa berbohong bahwa saya benar-benar khawatir dan juga penasaran, bercampur jadi satu! Mau tidak mau, counterpart adalah yang seseorang yang menjadi pasangan sehidup semati selama 6 bulan ke depan! Bahkan, hubungan itu bisa saja terus berlanjut di masa yang akan datang. Counterpart adalah teman untuk berbagi, berkisah, dan saling menyemangati. Ketika kami harus mencari potongan puzzle yang tertulis nama kami dan counterpart, saya pun bertemu dengan dia, Chelsea! Saya merasa sangat terharu dan mata saya berkaca-kaca. Saya agak takut mendapatkan counterpart yang belum saya kenal karena saya merasa khawatir tidak bisa cocok dengannya nanti. Syukurlah, Chelsea bersama dengan saya sekarang.

Chelsea benar-benar gadis yang baik hati, dewasa di usianya yang masih belia, ekspresif, dan tentu saja punya passion yang membuat saya kagum dengannya. Dia sangat suka berolahraga terutama lari. Dia adalah seorang pemain Ringette di kampusnya dulu, UPEI! Beberapa waktu lalu, saya mencoba bermain skating untuk pertama kalinya dan dia mengajari saya dengan sabar. Dia terus memuji saya yang mulai bisa berjalan dia atas ring es walau dengan bantuan.

“ You are doing good!! I’m proud counterpart!” ucapnya dengan mata berbinar-binar. Ah.. saya jadi teraru, lagi. 

Selain itu, Chelsea sangat tertarik dengan kriminologi. Tahun depan dia berencana pindah ke Ottawa dan kuliah di jurusan kriminologi. Suatu hari ketika pulang dari workplacement, dia membawa buku Crimonology in Canada dan membacanya dengan semangat. Dia juga mengajak diskusi dan bertanya mengenai kaitan psikologi dalam dunia kriminalitas. Malam-malam sebelumnya pun kadang kami habiskan dengan berbagi pikiran mengenai passion, cita-cita, kehidupan kami, keluarga, dan kadang gosip-gosip hehe. Beberapa kalimat bahasa Indonesia favoritnya adalah: “ Dimana makanannya?”, “ Kamu makan kucing”, “ Kamu makan batu-batuan”.... ^_^

Karena sosok inilah, jika berbicara tentang counterpart, tentu saja saya sangat bersyukur dan berterima kasih mendapatkan Counterpart seperti Chelsea Connell. Sungguh, saya benar-benar beruntung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar